
“Karyawan saya ada dari keluarga sendiri, dan ternyata pengalaman marketing di pekerjaan yang sekarang saya geluti memang dibutuhkan. Saya memang lulusan teknik mesin, tapi dalam kerja saya tidak pure teknik mesin. Karena setelah lulus kuliah saya langsung bekerja di Tjiwi Kimia sebagai staff ISO 9002, dan staff MBOS (Management by Olympic System) yang bidang kerjanya manajemen banget,” lanjutnya. Di Tjiwi Kimia Yandri juga pernah merasakan menjadi supervisor finishing, dan terakhir sebagai assistant section shift di mitra usaha di konverter 3.
Untuk lebih mengembangkan diri, dari PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia ia kemudian pindah ke PT Philip Morris Indonesia. Di pabrik rokok ini ia hanya bergabung selama empat tahun, dan posisi terakhirnya adalah sebagai Shift Manager Manufacturing PT Philip Morris Indonesia.
“Waktu itu saya sempat dipindah ke Jakarta. Tapi saya terlanjur cinta Malang tempat dulu saya kuliah. Makannya saya resign dan kembali ke Malang, dan masuk ke PT Aqua Golden Mississippi sebagai manager manufacturing selama 1,5 tahun,” lanjutnya.
PT Aqua Golden Mississippi menginduk kepada PT Tirta Investama, Danone. Di sini Yandri ternyata dipindah lagi ke AQUA Berastagi Sumatera Utara sebagai senior plant manager. Dua tahun kemudian ditarik ke kantor pusat Danone sebagai senior manager performance yang meng-handle performance wilayah regional 2 dan memegang 7 plan Aqua. Tidak berapa ia kemudian dipindah ke Aqua Mekarsari sebagai senior plan director.
“Tujuh tahun saya di Aqua. Nah, 2016 akhirnya ada lowongan lagi di Malang. Pindahlah saya ke Malang ke PT Greenfields Indonesia hingga sekarang,” ceritanya penuh kelegaan.
Saat ini selain bekerja di Greenfields, Yandri juga menekuni beberapa proyek. Seperti, sebagai konsultan manufacturing, konsultan manajemen organisasi, dan juga sebagai trainer yang memberikan training kepada manajemen di perusahaan-perusahaan.
Menurut Yandri, saat bekerja belum tentu akan sesuai dengan jurusan yang diambil semasa kuliah. Maka, ketika masih kuliah harus dimulai menggali potensi diri sehingga untuk dikembangkan. Misalnya dengan belajar berbisnis. Apalagi saat ini era 5.0 semua pekerjaan banyak memakai mesin, yang mempersempit ruang lingkup pekerjaan. Dengan memiliki bisnis sendiri maka keduanya bisa berjalan paralel, antara pekerjaan, dan bisnis yang ditekuni.
“Sebagai mahasiswa kita memang dituntut memiliki IPK tinggi. Menurut saya bukan hanya IQ (Intelligence Quotient) yang harus bagus, namun juga EQ (Emotional Quotient) harus ditingkatkan. Kalau EQ kita bagus bisa menjadi manager leader. Sementara kalau IQ nya saja yg bagus, itu hanya bisa sukses seperti menjadi spesialis saja. Biasanya kalau orang pintar (secara IQ) akan dimanfaatkan oleh orang yang pintar mengatur
(Disadur dari Tulisan Mita erminasari Humas ITN Malang -https://itn.ac.id/id/berita/yandri-nursal-sales-daging-impor-jadi-operation-manager-pt-greenfields-indonesia/)